MENCATAT SEPERTI SAHABAT

Begitu banyak pikir, rasa, gelisah, gembira, ilmu dan petuah, yang tercecer dari setiap gerak perjalanan hidup akhir-akhir ini. Sayang, banyak yang tertinggal untuk dicatat. Padahal, begitu berartinya mencatat. Begitu berharganya sebuah dokumen hidup pada setiap perjalanan dan pada setiap kebersamaan. Mencatat setiap perjalanan dalam gerak zaman bukan sekadar kenangan, tapi mencatat sejauh mana ke-ber-artian.

Aku ingin mencatat seperti sahabat. Sebab, bersahabat tidak dibentuk dengan sendirinya, tidak direkayasa menjadi sebuah rupa. Sebab ia bukan rupa, tapi rasa. Ketika mencatat menjadi sahabat, resah hidup barangkali bisa hilang sesaat, kegembiraan hidup dapat tertuang riang. Ilmu dan petuah, pikir dan rasa, gelisah dan gembira dalam setiap perjalanan adalah anugerah. Dan, kesal rasanya jika tak tercatat!


Aku ingin mencatat seperti sahabat. Sebab persahabatan bukan sekadar pena dan tinta. Jika tidak diguna untuk mencatat, ia hanya jadi aksesoris hidup dan cerita-cerita verbal tatkala senggang atau kerinduan datang. Persahabatan itu adalah mencatat, ia terungkap dan tercatat, kemudian menjadi sejarah diri yang begitu berarti. Begitu banyak kebergunaan dan keberartian dari tindakan mencatat.

Mencatat dalam jejaring sosial tak kurang kebergunaannya. Twitter, Facebook, Blog, semua perlu mencatat. Barangkali Sebuah kebanggaan ketika kita sedang di Hongkong atau sedang makan rujak di Holywood, kita mencatatnya dalam status facebook. Atau hari-harii kita ingin bercanda atau menggoda atau membela rasa, kita mencatatnya di twitter. Kita mengolah pikir, mengolah rasa, mengolah hidup, semua perlu kita catat. Mau kita publish atau kita simpan sebagai dokumen pribadi, itu terserah kita, yang penting mencatat. Mencatat keberbagaian. "Ah, semoga aku tak lupa mencatat bahwa rokok yang hampir kubakar kini terbalik ketika mencatat".  

Comments

Popular posts from this blog

Pergolakan Partai Politik dan Kualitas Demokrasi Kita

"Politik" Waktu; Selamat Tahun Baru

Fatmawati Srikandi Republik