Posts

Showing posts from August, 2011

Jangan Sampai Gerakan Pembaharuan NU-Muhammadiyah hanya Mitos

Image
Buku NUhammadiyah Bicara Nasionalisme Diluncurkan Rakyat Merdeka, Rabu, 17 Agustus 2011  Laporan: Zul Hidayat Siregar RMOL. Rakyat Indonesia mesti mempertanyakan segala sesuatu dengan jujur tentang agenda pembaharuan dan gerakan dua organisasi kemasyarakatan terbesar di negeri ini, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Jangan sampai, pembaharuan Muhammadiyah dan gerakan akar rumput NU menjadi mitos dalam perannya membangun karakter bangsa republik ini. "Peradaban mulai merosot apabila kepemimpinannya tidak lagi memiliki kreatifitas, rakyat terpecah menjadi kelas, klik partai-partai, pemimpin hanya merupakan epigon. Ide yang didengungkan hanya kedok bagi kepetingan pribadi dan golongan. Solidaritas baru harus dibentuk. Sebagai manusia organisasi, kita perlu mengalami transformasi," kata peneliti Populis Institute dan Maarif Institute, David Krisna Alka. Hal itu dikatakan intelektual muda Muhammadiyah tersebut dalam diskusi dan peluncuran buku NUhammadiyah Bicara Nasionalisme di

Anak-anak Peluru

Image
Damhuri Muhammad (1) Anakku, Mengharapkan kepulanganmu sama saja dengan mengharap abu dari tungku-tungku pembakaran yang tak pernah menyala! Tapi, entah kenapa masih saja ibu bersetia menyia-nyiakan waktu menunggumu. Masih saja sesak dada ibu karena denyut rindu. Masih saja jemari tangan ibu hendak menulis surat untukmu, meski kau tak pernah lagi membalasnya. Ya, masih saja terkenang tentang sekeping waktu saat bayi laki-laki menyembul dari rahim ibu. Terkenang pula saat ngeyak dan rengekmu memecah sunyi di ujung malam. Saat itu, ibu tersentak bangun dan bergegas mengelus-elus kepala culunmu, hingga kau terlelap pulas dalam dekapan ibu. ”Ibu restui kepergianmu, Nak! Tapi, jangan sampai perantauanmu seperti Anak Peluru!” ”Anak Peluru? Maksud ibu?” ”Peluru jika sudah ditembakkan, tak akan kembali ke moncong senapan, bukan?” ”Ibaratkan peluru itu seorang anak, dan moncong senapan itu seorang ibu. Mana ada peluru yang kembali ke moncong senapan setelah ditembakkan? Hengkang dan tak

Robohnya Surau Kami

Image
AA Navis (1956) Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat. Maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan nanti akan Tuan temui sebuah surau tua. Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi. Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang biasanya duduk di sana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Kakek. Sebagai penjaga surau, Kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yang dipungutnya sekali se-Jumat. Sekali enam bulan ia mendapat seperempat dari hasil pemunggahan ikan mas dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-orang mengantarkan fitrah Id kepadanya. Tapi