Posts

Showing posts from September, 2011

Seribu Kunang-Kunang di Manhattan

Image
Cerpen Umar Kayam Mereka duduk bermalas-malasan di sofa. Marno dengan segelas scotch dan Jane dengan segelas martini. Mereka sama-sama memandang ke luar jendela. “Bulan itu ungu, Marno.” “Kau tetap hendak memaksaku untuk percaya itu ?” “Ya, tentu saja, Kekasihku. Ayolah akui. Itu ungu, bukan?” “Kalau bulan itu ungu, apa pula warna langit dan mendungnya itu?” “Oh, aku tidak ambil pusing tentang langit dan mendung. Bulan itu u-ng-u! U-ng-u! Ayolah, bilang, ungu!” “Kuning keemasan!” “Setan! Besok aku bawa kau ke dokter mata.” Marno berdiri, pergi ke dapur untuk menambah air serta es ke dalam gelasnya, lalu dia duduk kembali di sofa di samping Jane. Kepalanya sudah terasa tidak betapa enak. “Marno, Sayang.” “Ya, Jane.” “Bagaimana Alaska sekarang?” “Alaska? Bagaimana aku tahu. Aku belum pernah ke sana.” “Maksudku hawanya pada saat ini.” “Oh, aku kira tidak sedingin seperti biasanya. Bukankah di sana ada summer juga seperti di sini?” “Mungkin juga. Aku t

Politik Manja Ala Politisi Muda

Image
Rabu, 21/09/2011 08:38 WIB Kolom David Krisna Alka - detikNews Jakarta - Tubuh partai politik seolah hilang ruang keberadabannya. Terdengar nada sumbang tentang kader-kader partai politik bertransaksi praktik rente. Ironis, kuman pragmatisme sudah melekat dalam tubuh beberapa politisi muda di negeri ini.  Ruang politik di negeri ini terinfeksi virus pragmatis yang akut. Sangat mungkin, sebuah partai politik yang ideal malah diabaikan oleh para pemilih. Sebab lebih banyak dinilai dari seberapa banyak uang dikucurkan, seberapa besar anggaran transportasi peserta kampanye, dan seberapa besar harga satu suara dan seterusnya. Jadinya, kaum muda dihadapkan antara perjuangan politik untuk membela keadilan dan kebenaran atau perjuangan meraih keuangan dan kekuasaan. Memang, tak ada jaminan bahwa sebuah partai politik dengan sistem pengkaderan yang bagus, program partai yang populis, pendidikan politik yang mantap akan berhasil memenangkan pemilihan umum. Namanya jug

Biografi Orang INS Kayutanam; Sebuah Permulaan

Image
David Krisna Alka Menteng Dalam, 19 September 2011 Aku ingin menulis tentang sesuatu malam ini. Menulis sesuatu yang jelas, bukan sesuatu yang tak jelas seperti ungkapan Syahrini yang populer saat ini, "Alhamdulillah ya sesuatu banget". Baiklah, aku menulis tentang seseorang. Saat menulis tulisan ini, seseorang itu mendekat kepadaku dan mengambil sebatang rokok. “Bagaimana kalau aku menulis tentangmu malam ini? Tanyaku. “Silahkan saja, tulislah yang baik-baik dan gagah-gagah tentangku” jawabnya. Aku mengenalnya kurang lebih 15 tahun lalu. Sebuah perkenalan tanpa jabat tangan. Perkenalan yang mengalir apa adanya. Dari proses pertemanan yang rabun kemudian menjadi kedekatan yang terang. 15 tahun lalu itu, dia adalah salah seorang kakak kelas di sekolahku (SMA Plus INS Kayutanam). Aku pernah kagum kepadanya karena memiliki kemampuan dan prestasi dalam kecakapannya menggunakan Bahasa Inggris. Selain itu, gaya berjalannya unik. HIngga sekarang gaya berjalan itu  m

Missing, Persons and Politics

Image
Missing, Persons and Politics Jenny Edkins Cornell University Press Stories of the missing offer profound insights into the tension between how political systems see us and how we see each other. The search for people who go missing as a result of war, political violence, genocide, or natural disaster reveals how forms of governance that objectify the person are challenged. Contemporary political systems treat persons instrumentally, as objects to be administered rather than as singular beings: the apparatus of government recognizes categories, not people. In contrast, relatives of the missing demand that authorities focus on a particular person: families and friends are looking for someone who to them is unique and irreplaceable. In Missing , Jenny Edkins highlights stories from a range of circumstances that shed light on this critical tension: the aftermath of World War II, when millions in Europe were displaced; the period following the fall of the