ANYER:MALAM PERTAMA 2010
- Get link
- X
- Other Apps
Anyer, malam pertama 2010. Seperti biasa, bila libur tiba, seringkali dendang suara dari panggung dangdut terdengar melena dan mendesah di sini. Afik pun akhirnya terjaga dari lelap resah yang menggurita. Entah kenapa ia tak pernah lagi melantunkan saluang dari komputernya. Mungkin dia sudah tak berdaya mengingat kenang yang membuat ia merasa menjadi lebih tua.
Malam pertama pada tahun 2010, aku simpan kantuk dalam CPU. Suara merdu penyanyi dangdut dari perkampungan urban di Anyer belakang Tugu Proklamasi membuat semarak malam pertama di tahun baru. Aku pun tak mampu berkata aduh pada suara itu. Walau suara dendang dangdut itu terkadang menganggu.
Anyer, masih dalam suasana tahun baru. Bermacam semangat dan cita-cita tersimpan dalam kalbu. Namun, Afik sepertinya tak hirau dengan pergantian tahun. Kini ia pun terlelap lagi. Melanjutkan episode mimpi senja tadi. Ketika turun dari tangga setelah terjaga, ia sempat berkata begini, “Aku merasa seperti sudah mati”
Duh, Afik. Barangkali karena saluang tak pernah ia dengar lagi. Ia merasa seperti mati. Mati dalam pengertian lunturnya obsesi. Tapi, terkadang saluang dapat memicu semangat untuk kembali ke kampung halaman dengan pembuktian diri. Bahwa kita bisa menjadikan hidup lebih berarti. Bukan sekadar rintik mimpi untuk bercita meraih tahta hidup yang lebih tinggi. "Fik, bangunlah lagi, usap mukamu dengan air suci!"
Anyer, 5 Januari 2010
- Get link
- X
- Other Apps
Comments