Kang Moeslim yang Tak Biasa

“Kang Thowil dan Siti Marginal” sudah putus asa mencari pemimpinnya. Jika  acuannya adalah survei yang gegap gempita di media, apakah responden yang hanya ribuan itu cukup sebagai representasi suara rakyat tentang sosok kepemimpinan yang dapat merubah keadaan?

Kabar paling menyedihkan adalah kabar tentang kepergian. Kepergian yang tak akan ada lagi pertemuan. Kepergian orang yang pernah dekat, bahkan sangat dekat. Apalagi kedekatan itu menginspriasikan banyak hal. Ya. Kepergianmu, Kang.

Dalam setiap diskusi, buah pikiranmu seringkali menyentak kesadaran pikir dan hati. Tak jarang pula sering bikin orang geli.  Kader-kadermu tak hanya di Muhammadiyah. Di kalangan Nahdlatul Ulama, aktivis gerakan, politisi, dan akademisi yang berada di tanah air maupun masih studi di luar negeri.

Sosokmu yang sederhana, tapi punya pemikiran yang luar biasa. Cendekiawan Muhammadiyah yang lincah. Memiliki pergaulan luas di mana-mana, dari elite hingga rakyat biasa. Tak heran, selain karena bacaan, pandanganmu selalu kritis: soal politik, sosial, dan keagamaan, selalu menggugah, reflektif, dan memiliki kedalaman karena luasnya pengalaman.

Kisah politik
Kang, beginilah keadaan republik kita. Rakyat Indonesia seperti tak tahu siapa pemimpin publiknya. Barangkali “Kang Thowil dan Siti Marginal” sudah putus asa mencari pemimpinnya. Jika acuannya adalah survei yang gegap gempita di media, apakah responden yang hanya ribuan itu cukup sebagai representasi suara rakyat tentang sosok kepemimpinan yang dapat merubah keadaan?

Kang, beginilah keadaan elite politik kita. Dirimu pernah bilang, “Konspirasi politik nasional akan berlangsung terus. Penderitaan bangsa juga ikut berlangsung lama. Apalagi tentang nasib pemulihan harga dan harkat bangsa, pastilah akan terus tertunda”.

Kang, pemikiranmu cukup banyak mematik semangat intelektual muda dan politisi, supaya bertanggungjawab moral, sosial, dan politik, melakukan gerakan nyata menggelorakan perubahan untuk kemajuan bangsa. Tetapi Kang, bagaimana melakukan perubahan dan menciptakan kemajuan politik? Titik dan koma tentang capaian kemajuan republik ini masih buram di mana jalan terangnya. Tak sedikit pula kaum muda yang jenuh dengan kehidupan politik. Karena generasi muda melihat secara nyata kerusakan dan kebusukan politik hadir secara terang di ruang publik.

Lihat Kang, begitu banyak kepala daerah diadili karena korupsi. Politisi muda disandera korupsi. Pemerintah menganggap gampang semua persoalan bangsa.  Adegan politik selalu berkutat pada cerita yang sama. Tak ada kisah politik yang membuat rakyat bangkit melawan itu semua.

Kebersamaan
Kang, kenangan paling indah adalah kenangan kebersamaan. Kebersamaan denganmu yang tak terlupakan. Pengembaraan intelektual dan politikmu cukup banyak menjejak dikalangan intelektual muda dan politisi muda di republik ini. Namun Kang, apakah intelektual muda dan politisi muda itu dapat meraih makna tentang kebersamaan?

“Semua orang mempunyai potensi untuk saling membagi kebersamaan. Sebab kita semua pada dasarnya makhluk sosial, yang tidak mungkin dapat mengambil makna tentang diri dan harkatnya tanpa menimba dari masyarakat. Kita yang hidup (we humans) adalah hidup dalam komunitas, di mana kita berbicara dan membagi kasih sayang antar sesama sebagai 
perwujudan diri sendiri (self-realization) secara otentik” ungkapmu dalam salah satu tulisan.

Tentu bukan hanya di ruang politik. Sebab menurut Kang Moeslim, seorang individu tidak hanya diberi kesempatan untuk mengembangkan cara berpikir yang kritis sebagai warga negara dalam soal-soal politik, tapi seseorang secara pribadi harus memiliki kebajikan sosial (social virtues) agar masyarakat itu menjadi baik.

Kang, semua merasa kehilangan. Allah Sang Penguasa Jiwa sudah memanggilmu. Sebagai anak muda yang cukup dekat denganmu, kekaguman ini tak cuma hanya kekaguman yang biasa.  Dirimu adalah orang biasa tapi luar biasa dan tak biasa dijumpa . Selamat jalan Kang. Kelak kita akan kembali bersua di alam sana.

Jakarta, Juli 2012
David Krisna Alka

Comments

Popular posts from this blog

Pergolakan Partai Politik dan Kualitas Demokrasi Kita

"Politik" Waktu; Selamat Tahun Baru

Fatmawati Srikandi Republik