Cerita Kakek, Cucu, dan Ananda

: Tentang Kemerdekaan
Oleh: Pandu Birowo

Cerita Kakek:
Dulu waktu zaman penjajahan
kakek pernah ikut berjuang untuk negeri ini
Dengan bambu runcing di tangan kiri
dan bedil di punggung, serta 
sedikit keberanian untuk jadi tentara

Dulu kakek cuma makan nasi jagung
dan minum teh tubruk di dapur umum
Sementara kata orang tentara penjajah 
makannya roti dan keju
serta minum tuak botolan dari luar
Tapi kakek pantang mundur, Cu
pokoknya negeri ini harus bebas


Kakek bangga bisa berjuang untuk negeri ini
walau cuma makan gaplek dan singkong rebus
Perjuangan itu untuk kemerdekaan kata orang
Entah kemerdekaan untuk apa
Setahu kakek, sejak merdeka kakek tidak lagi
disuruh bikin jalan, itu saja…


Cerita Cucu:
Sekarang zaman modern
Cucu bisa ke sana ke mari dengan mobil
Yang kata ayah mobilnya original body
Cucu bisa main video game dan game watch 
Juga bisa makan burger dan pizza

Sekarang cucu merasa senang sekali
Mau ini ada, mau itu ada
Tak perlu susah-susah bawa bambu runcing
dan manggul senapan seperti kakek
Juga walau cucu tak tahu rasa nasi jagung, 
gaplek dan singkong rebus seperti
yang kakek rasakan di dapur umum dulu

Cucu bangga punya kakek yang ikut
berjuang untuk negeri ini 
Walau cucu juga tidak tahu apa arti sebuah kemerdekaan negeri ini
Yang cucu tahu, cucu bisa makan kerupuk, 
pacu karung, dan panjat pinang, itu saja…

Cerita nanda:
Kakek telah dengar cerita Cucu
Nanda minta: Kek, jadikan perjuanganmu sebuah mimpi.
Mimpi yang kelak kau ceritakan
Agar anak negeri mengenangmu!” 

Kayutanam, Mei 1995
Salah Satu Sajak Pemenang 50 Tahun Kemerdekaan RI

Pandu Birowo, kelahiran Jakarta 18 Mei 1979 ini adalah Alumnus SMU Plus INS Kayutanam (1997). Di sana pula pertama kali ia berkenalan dengan teater melalui Teater Plus INS Kayutanam (1994-1997). Sejak masa SMU tersebut, ia telah menjadi sutradara. Pertunjukan Eksplorasi Teater “Interne”, yang dipentaskan pada Pertemuan Sastrawan Nusantara (PSN) di INS Kayutanam tahun 1997, adalah karya penyutradaraan pertamanya. Sebagai aktor, beberapa karya yang didukungnya adalah: “Menunggu” Karya/Sutradara Yusril (Kayutanam, Pekan Baru, Padang dan Jambi, 1995-1997); “Plasenta” Karya/Sutradara Yusril (Bengkulu, 1998). Pemenang I Lomba Monolog Dewan Kesenian Sumatera Barat (DKSB) tahun 2005 ini kemudian lebih banyak terlibat dengan penulisan dan penterjemahan naskah drama. Setelah lulus dari Jurusan Teater STSI Padangpanjang (2005) ia menjadi Guru Teater di RP. INS Kayutanam (Agustus 2006-sampai sekarang). Pada tahun 2006 pula ia bersama Ipong Niaga adiknya mendirikan Balaidrama Padangpanjang, sembari tetap menghidupkan Teater Akar yang didirikannya semasa masih kuliah. Di kedua lembag tersebut ia dipercaya sebagai Litbang dan Kepustakaan. Naskah yang telah di tulisnya adalah: “Mamma Blokade” (2005) dan “Yasman-Yasmin atawa Saman-Samin (2006), terjemahan: “Menunggu Godot” (2004) dan “Dimana Tanda Silang Tertera” (2005). Beberapa tulisannya yang telah dipublikasikan adalah: “Menyusuri Jalan Setapak Teater Indonesia” (Berharap kali ini adalah perjalanan pematokan). Makalah Pekan Apresiasi Teater II (Padangpanjang, 17 Mei 2006) yang kemudian dimuat pada Jurnal GEMA SENI, STSI Padangpanjang Press, 2007; “Hanya pamfletkah itu yang berkabar?”. 2007. Makalah pada peluncuran Antologi Puisi Inilah Pamflet itu! Karya Hersri Setiawan, dalam acara Indonesia Mendengar, yang diadakan oleh Yayasan Pondok Rakyat kerjasama dengan STSI Padangpanjang, 9 Nopember 2007 di Padangpanjang.
Alamat : Jl. A. Rivai, RT 14, Kel Guguak Malintang, Kec. Padangpanjang Timur Padangpanjang, HP. 085263314970, E-mail: aldebaran_pitox@yahoo.com



Comments

Popular posts from this blog

Pergolakan Partai Politik dan Kualitas Demokrasi Kita

"Politik" Waktu; Selamat Tahun Baru

Fatmawati Srikandi Republik