Demokrasi Gigit Jari
Harian Kompas, 14 Maret 2014 +David Krisna Alka YANG tampak dan yang terasa dalam terang dan gelap masalah politik Indonesia hari-hari ini adalah kemunculan kata-kata puji dan caci yang hanya ditentukan lewat ujung jari tangan penekan tombol abjad. Setiap kata menjadi berita yang melintas di layar komputer, telepon pintar, atau tablet. Kenyataannya, persoalan politik menjelang Pemilu 2014 memang banyak terkait dengan ujung jari. Pemilu yang tinggal menghitung hari, para calon anggota legislatif dan calon presiden yang bersiap menghitung biaya politik untuk meraih suara pemilih, semua lewat ujung jari. Kultur politik ujung jari semakin menjadi-jadi tatkala alam sadar rakyat terbuai oleh jari-jari tangan penguasa. Ada yang sekadar melambai dengan janji-janji. Ada yang lewat ujung jarinya menebar uang membeli suara. Namun, kembali semua tanpa bukti. Ujung jari tetap bersih menari-nari.